INFONASIONAL.com | Ekonomi - Pertumbuhan kredit perbankan mulai mengalami penurunan kuartal III-2023. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan pertumbuhan penyaluran kredit perbankan 8,96% secara tahunan (yoy), menjadi Rp 6.837 triliun pada September 2023.

Jumlah itu di bawah rentang target Bank Indonesia (BI), yakni 9%-11%. Jumlah ini juga turun dari bulan Agustus sebesar 9,06% yoy.

Ekonomi memproyeksikan kredit perbankan RI akan tumbuh 8,63% pada akhir tahun 2023. Sementara itu jumlah simpanan perbankan akan tumbuh 5,65%.

Head Macroeconomic and Fin. Market Research Economic Research PermataBank Faisal Rachman menjelaskan pertumbuhan kredit dan simpanan industri perbankan memang cenderung melambat. Hal ini karena perwujudan dari normalisasi.

"Kalau kita bicara kondisi perbankan kita nggak bisa lihat di balance of payment (neraca pembayaran) kita. Jadi, 2022 current account-nya (neraca transaksi berjalan) surplus lebih besar. Itu menggambarkan saving investment gate kita," kata Faisal pada acara Exclusive Media Afternoon Tea di St. Regist, Jakarta Selatan, Selasa (7/11/2023).

Faisal menyebut surplus yang besar itu menggambarkan banyaknya jumlah simpanan pada tahun 2022. Selain itu, pada tahun 2022 banyak aliran insentif terkait restrukturisasi sehingga masih dapat menopang dari sisi kredit.

"Di tahun 2023 sudah ada relaksasi makanya kembali ke single digit itu lebih kepada normalisasi," jelasnya.

Sementara itu, Faisal menyebut surplus simpanan tahun 2023 mulai menurun pada tahun 2022. Ia memandang ada risiko defisit pada neraca transaksi berjalan di tahun 2024, maka kemungkinan simpanan juga akan mengecil. Lantas, memproyeksikan pertumbuhan kredit sepanjang tahun 2024 tetap single digit sebesar 8,69% dan simpanan tumbuh 5,87%.

Namun begitu, ada kemungkinan penurunan suku bunga pada semester II-2024 dan masa berakhirnya pemilu. Faisal menyebut ini juga akan mendorong aliran dana asing ke Indonesia, yang kemudian mendorong pertumbuhan simpanan.

"Kreditnya mungkin juga sama karena memang ada aksi wait and see dulu ya di awal semester I-2024. Tetapi di awal semester II-2024 setelah semua itu berakhir, penurunan suku bunga sehingga akan cukup bisa meningkatkan," pungkas Faisal.

Ia memproyeksikan pertumbuhan kredit baru akan tumbuh double digit pada tahun 2027, yakni kita lihat kedepannya mulai akan perlahan di tahun 2027 akan dobel digit yakni sebesar 10% sementara simpanan tumbuh 9%.

Lebih lanjut, Head Industry and Regional Research Economic Research Permata Bank Adjie Harisandi mengungkapkan sejumlah sektor penyaluran kredit yang berpotensi tumbuh.

"Sektor kredit mungkin penopangnya sudah akan berubah, pertambahan tidak akan jadi pendorong utama lagi. Seperti kita tahu, harga komoditas turun dan kalau kita lihat, sektor sebetulnya sektor-sektor yang masih akan tumbuh mungkin yg terkait dengan pemilu," jelas Adjie pada kesempatan yang sama.

Antara lain, seperti sektor makanan minuman, penyedia makanan minuman, dan sektor-sektor lainnya yang terkait dengan pesta demokrasi.

Sementara itu, sektor-sektor yang akan rendah penyaluran kreditnya adalah yang terkait investasi. Misalnya, kata Adjie, produsen.

"Produsen durable goods dengan adanya potensi wait and see dari investasi, produsen durable goods kemungkinan akan mengurangi laju ekspansi," katanya.