INFONASIONAL.com | Internasional - Milisi Houthi Yaman mengklaim telah mengambil alih sebuah kapal milik perusahaan Israel di Laut Merah bagian selatan.
Setidaknya 22 orang berada di dalam kapal Galaxy Leader yang sedang dalam perjalanan dari Turki ke India. Kapal itu disebut Houthi dimiliki oleh seorang pengusaha Israel.

"Kami telah menerima konfirmasi dari pejabat Houthi bahwa mereka membajak kapal ini. Sebelumnya hari ini [Minggu 19/11], mereka mengumumkan dimulainya operasi untuk menyerang kapal-kapal berbendera Israel. Mereka memperingatkan pelaut internasional untuk tidak bekerja di perusahaan semacam itu," kata jurnalis Al Jazeera di Yaman, Mohammed al-Attab.

Juru bicara militer Houthi Yaman, Yahya Saree, menyebut memperlakukan para kru kapal Galaxy Leader dengan norma dan sesuai prinsip Islam.

Dia juga menegaskan bahwa kapal apa pun milik Israel atau mereka yang mendukungnya, akan menjadi target sah pasukan Houthi.

Dia juga menegaskan bahwa kapal apa pun milik Israel atau mereka yang mendukungnya, akan menjadi target sah pasukan Houthi.

"Kami menegaskan kelanjutan operasi militer kami terhadap [Israel], sampai agresi dan kejahatan buruk terhadap saudara-saudara Palestina di Gaza dan Tepi Barat berhenti," ungkap Saree.

Israel menyebut kapal yang dibajak oleh Houthi adalah kapal kargo milik Inggris yang dioperasikan oleh Jepang, demikian dilansir Reuters.

Juru bicara Nippon Yusen 9101.T yang juga dikenal sebagai NYJ, membenarkan bahwa kapal kargo pengangkut mobil yang dioperasikannya telah dibajak di Laut Merah.

Surat kabar Jepang Nikkei melaporkan ada 22 awak di dalam kapal itu, termasuk warga Bulgaria dan Filipina. Tidak ada warga negara Jepang maupun Israel di kapal itu.

Sementara itu, pemerintah Israel menyebut pembajakan ini sebagai "peristiwa yang sangat serius di tingkat global". 
Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu juga mengatakan pemerintah Israel tak terlibat dalam kepemilikan kapal, pengoperasian, maupun susunan awak kapal.

"Ini adalah tindakan terorisme Iran lainnya yang mewakili peningkatan permusuhan Iran terhadap warga dunia, dengan konsekuensi internasional terkait keamanan rute pelayaran global," demikian pernyataan kantor PM Netanyahu.

"Tidak ada warga Israel di kapal itu," lanjut pernyataan itu.