Infonasional.com| Jakarta- Kekuasaan memang membuat seseorang candu hingga melupakan siapa dirinya sebenarnya, akibat dari kecanduan itu sehingga obsesi yang terlalu overt mengakibatkan tanggung jawab yang masih di emban kadang kala menjadi mimpi buruk bagi banyak orang.

Seorang Bupati aktif seharusnya tetap fokus pada pembangunan daerahnya guna memastikan bahwa tidak ada seorangpun yang menempati wilayah kekuasaannya menangis merintih karna kelalaian pemimpinnya, seperti hal nya yang terjadi di di konawe utara di 4 Kecamatan, 321 Warga Terisolir, 162 Jiwa Mengungsi akibat banjir.

Pasalnya situasi jalan trans Sulawesi di Kabupaten Konawe Utara yang menghubungkan Sulawesi Tenggara dan Sulwesi Tengah tergenangi Banjir.

Sudah lebih dari sepekan banjir di Konawe Utara itu menyusahkan para pengguna jalan, mengakibatkan kerusakan pada beberapa kendaraan hingga tenggelam di genangangan banjir, tidak hanya sekedar itu tapi menjadikan harga-harga melambung tinggi, hingga membawa penderitaan bagi masyarakat lokal. 

Pemicunya banyak faktor di duga seperti cuaca, infrastruktur yang buruk, alih fungsi lahan, hilangnya hutan akibat aktivitas tambang dan pembukaan perkebunan sawit di daerah tersebut

Alkindi salah satu mahasiswa pascasarjana di salah satu kampus di Jakarta mengatakan bahwa” Bupati Konawe Utara hari ini harus menunjukkan sikap empatinya terhadap warganya yang sedang di landa banjir, seharusnya Bupatinya itu hadir di lokasi banjir jangan hanya fokus sosialisasikan diri sebagai balon gubenur SulTra, karna publik akan menilai bahwa semangat yang di bangun oleh bapak bupati konawe utara untuk menjadi gubernur akan bernilai negatif”.

Bupati Konawe Utara diduga terkesan mementingkan dirinya sendiri, hal ini di karenakan Bupati Konawe Utara sibuk mengurusi pencalonannya sebagai gubernur ketimbang harus memikirkan bagaiamana solusi yang harus di letakan dalam kebijakan daerah Konawe Utara agar Hal yang serupa seperti banjir tidak terjadi terus menerus kedepannya.

"Bupati Konut harus kembali kedaerah nya untuk menanggulangi musibah yang menimpa rakyatnya, jika keperdulian tidak di berikan kepada rakyat konut di balik musibah yang sedang menimpanya, apa mungkin kita akan percaya terhadap janji politik nya untuk masyarakat Sultra ketika menjadi Gubernur nantinya ??" Ungkap Alkindi Alumni Fisip Uho.

Menurutnya "Politik itu adalah metode kebaikan yang di bangun melalui pikiran dan gerakan, bukan gimik ataupun manipulasi fakta masa depan melalui janji. Maka politik bukanlah sebuah kefanaan dalam ralitas tapi sebuah pembuktian dalam kenyataan agar semua berkeseuaian pada kebenaran".

Bagaimana mungkin membangun paradigma publik dengan mendesain diri untuk di percaya bahwa subjek poltik yang sedang bergerak adalah yang terbaik di Sulawesi Tenggara untuk menjadi seorang Gubernur sementara data atas fakta lebih berarti ketimbang kata-kata.

"Bupati Konawe Utara harus melupakan Obsesinya untuk sementara untuk berangan-angan menjadi gubenur, rasanya menjadi seorang bupati masih banyak faktor yang harus di tata dengan baik, Masyarakat nya yang mengeluh akan kondisi Konawe Utara hari ini, masyarakat Sulawesi Tenggara harus melihat Rekam jejak, Rekam gagasan, rekam karya dalam memilih pemimpin Sulawesi Tenggara nantinya" Tutup Alkindi.