INFONASIONAL.com | Ekonomi - Harga beras di pasaran terus melambung. Di sejumlah pasar tradisional dan modern di Jakarta misalnya, harga bahan makanan pokok ini, sudah berada di kisaran Rp 15 ribu sampai Rp 18 ribu per kilogram. Menteri Keuangan Sri Mulyani ketar-ketir kenaikan harga beras memicu inflasi.

Wajah Nur Hikmah, seorang ibu rumah tangga di Kalimalang, Jakarta Timur, terlihat kecewa, saat tiba di Indomaret Pasar Perumnas, dekat rumahnya. Stok beras kemasan 5 kilogram yang dicarinya di toko tersebut, sudah tak ada. Yang tersedia hanya beras SPHP (stabilisasi pasokan dan harga pangan), yaitu beras Bulog yang digulirkan ke pasar untuk program stabilisasi pasokan dan harga pangan. Harganya Rp 65 ribu per kemasan 5 kilogram. Itu pun tersisa tinggal tiga kemasan.

Tanpa banyak pikir panjang, Nur Hikmah segera membawa satu kemasan beras tersebut ke kasir. Meskipun dari testimoni tetangganya, beras SPHP rasanya ngeletis dan anyep.

"Tapi, mau gimana lagi. Susah cari beras sekarang," kata Nur, kepada Rakyat Merdeka, Kamis (22/2/2024).

Menurut Nur, beras kemasan 5 kilogram yang dicarinya seperti merek Sania sudah jarang ditemukan di pasaran. Seminggu sebelum Pemilu, beras merek tersebut seolah hilang di pasaran. Kalau pun ada, harganya meroket. Dua minggu lalu, harga beras kemasan 5 kilogram dibanderol Rp 75 ribu. Saat ini, harganya sudah mencapai Rp 85 ribu. Itu pun sudah jarang ditemukan.

Kekecewaan serupa dirasakan Karina, seorang ibu rumah tangga warga Cileungsi, Bogor. Sepanjang Kamis (22/2/2024), Karina mencari beras di Indomaret dan Alfamart di dekat rumahnya. Namun, hasilnya nihil. Beras kemasan 5 kilogram yang biasa dibelinya sudah tak ditemukan.

"Di Indomaret sekarang sudah nggak ada beras. Yang ada kue dan sirup untuk Lebaran," keluh Karina.

Menurut dia, harga beras di pasar tradisional pun sudah tak masuk akal. Dalam seminggu, harga beras bisa naik dua kali.

Kenaikan harga beras yang dimulai sejak 4 bulan lalu, memang terus berlanjut. Harganya sudah ugal-ugalan. Berdasarkan Panel Harga Badan Pangan per hari Kamis (22/2/2024), harga beras premium naik menjadi Rp 16.270 per kilogram. Sepekan sebelumnya, harga beras masih Rp 15 ribu per kilogram.

Untuk beras medium, saat ini harganya sudah mencapai Rp 15 ribu per kilogram. Harga tersebut jauh melampaui harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah yaitu Rp 11 ribu.

Kenaikan harga yang tak terkendali ini mengakibatkan ratusan warga di berbagai daerah terpaksa antre hingga berjam-jam hanya untuk bisa mendapatkan beras murah yang digelar pemerintah lewat operasi pasar. Di sejumlah daerah di Jawa Barat, seperti Sumedang, Kota Bandung, dan Bekasi, ratusan emak-emak mengantre dan berdesakan untuk mendapatkan beras murah dalam operasi pasar. Dalam operasi pasar itu, warga diharuskan menunjukkan KTP sebelum membeli beras. Pembeliannya pun dijatah. Satu orang satu kemasan.

Saking banyaknya dan lamanya mengantre, beberapa ibu-ibu dilaporkan pingsan karena tak kuat menahan panas dan kelelahan setelah berdiri dalam antrean panjang.

Tak hanya rakyat yang waswas dengan kenaikan harga beras ini. Menteri Keuangan Sri Mulyani ikutan cemas melihat pergerakan harga beras yang semakin tinggi.

Kata dia, saat ini harga beras sudah mengalami kenaikan yang tinggi. Sudah mencapai 7,7 persen sejak awal tahun. Dari Rp 14 ribu per kilogram kini sudah mencapai rata-rata di atas Rp 15 ribu per kilogram.

Menurut eks Direktur Pelaksana Bank Dunia itu, butuh kewaspadaan tinggi terhadap fenomena ini, apalagi sebentar lagi ada momen Puasa dan Lebaran.

"Kita harus waspada terhadap kenaikan harga beras ini. Karena ini yang berkontribusi pada inflasi," kata Sri Mul, dalam konferensi pers virtual APBN Kita, Kamis (22/2/2024).

Selain beras, menurut catatan Sri Mul, beberapa komoditas juga mengalami kenaikan. Mulai dari cabe merah, telur ayam, daging ayam, hingga bawang putih.

Sri Mul khawatir, bila persoalan ini tak bisa diselesaikan, bisa-bisa tingkat inflasi terus meningkat. Artinya, harga-harga akan terus meroket di tengah masyarakat. "Ini menjadi tantangan menjelang Idul Fitri dan Ramadan," ujarnya.

Kenapa harga beras naik? Presiden Jokowi menyebut, kenaikan terjadi lantaran adanya perubahan iklim yang membuat sejumlah wilayah mengalami gagal panen. Menurut Kepala Negara, kondisi ini hampir terjadi di seluruh negara di dunia.

"Karena ada yang namanya perubahan iklim, ada yang namanya perubahan cuaca, sehingga gagal panen, produksi berkurang, sehingga harganya naik," kata Jokowi saat memberikan bantuan beras di Gedung Kawasan Pertanian Terpadu, Kota Tangerang Selatan, Banten, awal pekan ini.

Mengatasi persoalan ini, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, mengatakan pemerintah akan terus menggelontorkan beras SPHP guna menjaga stabilitas harga. Dia menjamin, beras murah ini memiliki kualitas bagus dan tidak kalah dengan beras premium. Beras SPHP dijual di kisaran Rp 10.900-Rp 11.000 per kilogram dan akan dijual di pasar tradisional maupun ritel modern.